Rabu, 18 Juni 2014

SEJARAH PERANG BADAR KUBRA




Perang badar adalah perang pertama yang sangat menentukan dalam sejarah islam. Perang ini juga disebut yawm al-furqan ( hari pembeda, hari yang menetukan); karena di hari itu Allah membedakan kebenaran dengan kebathilan.



Sebab Terjadinya Perang
Perang ini terjadi karena Nabi ingin mengambil harta dan barang-barang umat islam muhajirin yang dirampas kaum quraisy. Nabi ingin mencegat kafilah dagang quraisy dari syam yang di komando oleh Abu sufyan. Nabi berkata kepada para sahabat “ ada kafilah quraisy yang membawa harta kalian. Cegatlah mereka, semoga Allah menyertai kalian.” Sebagian dari mereka bergegas pergi dan sisanya tetap tinggal karena mengira tidak akan terjadi peperangan,karena kafilah quraisy hanya beranggota 40 orang. Pada 8 Ramadhan 2 H, Nabi berangkat. Nabi menunjuk abu lubabah menjadi pemimpin sementara di madinah dan ibnu umm maktum sebagai imam shalat. Nabi berangkat dengan 314 orang, 83 orang dari muhajirin, 61 orang dari suku Aus dan 170 orang dari khazraj. Bersama mereka terdapat dua ekor kuda, satu milik zubayr ibn ‘Awwam dan satunya milik miqdad al-aswad, serta 70 ekor unta yang setiap ekor unta ditunggangi dua hingga tiga orang.

Abu Sufyan Meminta Bantuan Kaum Quraisy Makkah
Berita tentang rencana Nabi sampai pada abu sufyan, dia pun mengutus seorang anggotanya untuk memberi tahu situasi tersebut kepaa kaum quraisy di makkah. Setibanya di makkah utusan tersebut mengganti kantong pelananya, memotong hidung untanya, lalu berteriak lantang, “ hai kaum Quraisy, kafilah, kafilah … harta kalian bersama abu sufyan, tapi terancam oleh Muhammad dan para sahabatnya. Aku mengira kalian tidak akan melihatnya lagi. Tolong! Tolong!” kaum Quraisy merespon cepat dengan jumlah personil 950 orang dengan 100 ekor kuda dan 700 ekor unta semua kaum Quraisy ikut serta kecuali abu lahab.

Abu Sufyan Meloloskan Diri
Abu sufyan berhasil meloloskan diri dan ia menuliskan surat kepada kaum Quraisy meminta mereka agar kembali pulang. Tapi, abu jahal yang menjadi komandan perang menolak mentah-mentah sembari berkata, “ demi tuhan, kami tidak akan kembali sebelum tiba di Badar. Kami akan tinggal tiga hari di sana, berpesta pora hingga semua jazirah arab tahu tentang kita dan takut akan keberadan kita selamanya”.

 Nabi Meminta Pendapat Para Sahabat
Nabi berkumpul dengan sahabat pemuka untuk meminta pendapat, terutama pada kaum anshar yang berikrar setia untuk melindungi beliau di dalam kota madinah. “ apa pendapat kalian ?” kata Nabi. Abu bakar berdiri dan mengusul agar tetap maju. Begitu pula umar ibn khatthab.
Miqdad ibn ‘Amr berdiri dan berkata, “Teruslah maju, Rasulullah! Laksanakan sesuai titah Allah. Kami akan bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan berkata seperti bani Israel kepada Musa, “ pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah, kami akan duduk disini menantimu” ( Al-ma’idah [5] : 24 ). Tidak! Tapi, kami akan mengatakan kepadamu, ‘pergilah bersama Tuhanmu dan berperanglah, kami akan berperang bersamamu. ‘Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, seandainya engkau membawa kami menerjuni lautan lumpur dan daerah terjauh jazirah arab sekalipun, kami akan tetap patuh. Kami akan berjuang bersamamu dengan gagah berani hingga mencapai tujuan.’ Nabi memuji miqdad dan mendoakannya.
            “Siapa lagi yang mau berpedanpat ?” kata nabi. Sa’d ibn mu’adz, tokoh suku Aus dan pemuka Anshar, berdiri dan berkata, “ Demi Allah, benarkah yang engkau maksudkan ialah kami”? “ya,” jawab Nabi singkat. Sa’d berkata lagi, “ Sungguh, kami telah beriman kepadamu, membenarkanmu, dan kami telah persaksikan bahwa ajaranmu benar. Kami juga sudah bersumpah setia kepadamu untuk selalu taat dan patuh. Teruslah maju, Rasulullah! Kami akan selalu bersamamu. Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, seandainya engkau membawa kami kelautan, lalu engkau mengarunginya, kami pasti akan juga akan mengarunginya bersamamu. Tak ada seorang pun akan berpaling. Kami tak akan gentar bertemu musuh besok.
            Nabi senang mendengar perkataan sa’d beliau kemudian berseru, “ berangkatlah dan bergembiralah! Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu dari dua kelompok itu. Demi Allah, seolah-olah sekarang aku melihat kekalahan mereka ( Quraisy).”

Pendapat Al-Hubab Ibn Al-Mundzir Dan Usulan Sa’d Ibn Mu’adz Tentang Markas Dan Strategi
Setelah bergerak dalam dua pasukan akhirnya Nabi berhenti di suatu tempat dekat air mata badar untuk membuat markas, Hubab bertanya, “ Ya Rasulullah, apakah pemilihan tempat ini berdasarkan wahyu yang ditetapkan Allah dan tidak boleh dilanggar, ataukah hanya pendapatmu dan sekadar siasat atau strategi perang?”
            Nabi menjawab, “tidak. Pemilihan tempat ini hanya pendapat, strategi atu siasat saja.” “jika demikian, ini bukan tempat yang tepat, Rasulullah. Pergilah sampai mata air terdekat dengan pasukan Quraisy. Kita berhenti disana, lalu kita menutup dan menimbunnya. Kita kemudian membangun kolam diatasnya, kemudian memenuhinya dengan air. Kita berpeang dengan kaum Quraisy dengan keadaan bisa minum, sementara mereka tidak,” kata Hubab.
            “ usul yang jitu” puji Nabi. Setibanya ditempat tujuan, beliau langsung memerintahkan yang di usulkan oleh Hubab.
Setibanya pasukan muslim di tempat dekat mata air yang dituju, sa’d ibn mu’adz mengusulkan untuk membuat tenda khusus untuk komando Nabi. Nabi menerima usulan sa’d, memujinya dan mendoakannya. Lalu mereka membuat tenda di atas anak bukit yang cukup tinggi, tepatnya di sebelah timur laut dari medan perang dan menghadap langsung ke arena peperangan. Dipilihlah beberapa pemuda Anshar dengan pimpinsn sa’d ibn mu’adz ysng bertugas menjaga dan melindungi Nabi di sekeliling tenda.
Kecamuk Perang dan Kekalahan Kaum Musyrik
Peperangan terjadi pada pagi hari 10 ramadhan tahun 2 H. Hamzah berhasil membunuh Abdul Asad yang bersumpah akan mengambil air minum dari kolam pasukan muslim, atau menghancurkannya, atau mati karena tindakan tersebut. Setelah kejadian tersebut tiga orang dari Quraisy yaitu ‘utbah ibn rabi’ah, syaybah ibn rabi’ah dan walid ibn ‘utbhah keluar barisan dan meminta adu tanding. Nabi kemudian menyuruh Hamzah ibn abdul muthalib, Ali ibn abi thalib, dan ‘ubaydah ibn al-harits untuk meladeni mereka. Hamzah dan Ali berhasil merobohkan syaybah dan walid dengan mudah. ‘ubaydah kesulitan hingga Hamzah dan Ali membantunya dan membunuh ‘utbah.
            Perang terus bergelora dan di Akhiri dengan kemenangan umat islam. Kemenangan sangat berarti bagi umat islam dan pukulan telak bagi kaum musyrik.
            Setelah peperangan korban dipihak musuh 70 orang dan beberapa lagi ditawan, sementara korban syahid dipihak muslim 14 orang. Semua mayat kaum musyrik dibuang kedalam sumur Qulayb. Nabi berdiri dipinggir sumur, lalu bersabda, “Sudahkah kalian mendapati bahwa janji Tuhan kalian itu benar adanya? Sungguh, aku mendapati janji Tuhan-ku benar adanya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar